Yang harus kita pahami, apakah kita termasuk prioritas atau hanya sekedar opsi.
Baru-baru ini sering kali kita melihat di acara televisi berupa sinetron atau membaca buku dan bahkan mengalami di kehidupan nyata kita.
Pertemanan lawan jenis yang akhirnya membawa kenyamanan antara satu dan yang lainnya, namun terbentur dengan status “hanya teman”.
Adanya dilema jika mengungkapkan perasaan suka tersebut, bisa karena takut kehilangan jika ditolak dan takut merusak kenyamanan dengan status hanya teman.
Mungkin bagi beberapa orang, bersahabat dengan lawan jenis itu nyaman. Kita bisa melihat dan menilai dari sudut pandang berbeda.
Kenapa bisa lebih nyaman dengan lawan jenis? Karena laki-laki menilai sesuatu menggunakan logika, sedangkan perempuan menggunakan perasaan. Nah disitulah daya tarik masing-masing, saling mengagumi pendapat yang berkesinambungan.
Nyaman itu sebuah perilaku yang tidak hanya tercipta dari lawan jenis. Kebiasaan yg membuat kamu mau terus mengulang. Kalau rasa nyamanmu ke lawan jenis sudah sampai ditahap akhir
menerima kekurangan, kelebihan bisa berbagi apapun maka dengan mudah rasa cinta atau suka itu muncul.
Namun pada akhirnya persahabatan lawan jenis tidak dapat bertahan lama, karena salah satu darinya akan merasakan sesuatu hal yang berbeda. Rasa ingin memiliki misalnya.
Gunakan logika kita untuk kontrol perasaan kita sendiri. Apakah benar-benar dibuat nyaman atau dia memang baik kesemua orang? Perlu juga kita menanyakan ke dia, apakah dia merasakan perasaan yang sama pada kita. Agar besoknya jika ada sesuatu hal yang membuat hubungan tersebut renggang, kita tidak kecewa terlalu dalam.
Semakin lama kamu merasa diistimewakan dan diprioritaskan akan berujung pada perasaan memiliki. Kalau sudah begini, apakah pertemanan tadi masih sehat? Tentu tidak.
Sulit bukan mengkontrol perasaan nyaman yang tidak bisa kita tolak? Kembali lagi pada diri kita masing-masing. Merasa berada dalam kenyamanan itu dan merasa kalut untuk mengatasinya? Tenang, konsultasikan pada tim ruangtarot.