Di antara pikiran yang selalu menyiksa manusia adalah kematian dan berakhirnya kehidupan.
Konsekuensi yang hadir adalah kematian bermula dari konsepsi yang memahaminya sebagai ketiadaan. Padahal kematian bukan ketiadaan melainkan perkembangan dan perpindahan, meninggalkan suatu dimensi untuk memulai hidup di dimensi lain. Dengan kata lain, kematian adalah non-eksistensi, hanya saja ia bukan non-eksistensi mutlak. Kematian adalah non-eksistensi relatif, yakni non-eksistensi dari satu tahap demi eksistensi di tahap lain.
Manusia tidak akan mengalami kematian mutlak, melainkan hanya akan kehilangan kondisi tertentu dan beralih ke kondisi lain. Di sini, kesirnaan itu bersifat relatif. Misalnya, tanah yang berubah menjadi tetumbuhan, tidak mengalami kematian mutlak. Tanah itu hanya mengalami kematian relatif, karena forma dan ciri-khas tanah sebelumnya sebagai benda mati telah lenyap. Namun, ia mati dari satu kondisi dan keadaan untuk beroleh kehidupan dalam kondisi dan keadaan lain.
Kegelisahan menghadapi kematian merupakan salah satu faktor yang telah mendorong lahirnya ketaekutan. Mereka yang merasa takut akan menggambarkan kehidupan dan eksistensi ini sebagai suatu beban dalam perjalanan hidup. Pemikiran seperti ini membuat mereka semakin tidak terarah dan kadang-kadang menimbulkan pikiran untuk mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri. Didalam pikiran mereka, seandainya kita harus berpisah dengan kehidupan ini, mengapa saat ini kita ada untuk hidup? Setelah kita hadir di dunia ini, menghabiskan sisa usia kita lalu berpulang kembali. Tidak sedikit yang bertanya-tanya, kemana akhir dari semua ini.
Jadi apa yang terjadi pada kehidupan kita dapat dipelajari dari setiap tebaran kartu tarot, apa yang dapat kita lakukan dan nasehat yang terkandung dalam setiap tebaran kartu. Tidak usah merasa ragu untuk menemui kami para praktisi ruangtarot, karena tarot reader menjamin semua rahasia klien. Kita cari jalan keluar dari permasalahan yang ada dalam kehidupan dengan tarot online yogyakarta, simple, praktis dan terjamin.
